Miris, Keluarga Yani di Kampung Piliang Bertahan di Rumah Lapuk: Anak Dibuli, Bantuan Tak Lagi Mengalir
Padang Pariaman —19/8/2025, Kisah pilu datang dari Korong Kampung Piliang, Nagari Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman. Yani, seorang ibu rumah tangga, harus berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya di tengah kondisi rumah lapuk dan penghasilan yang tidak menentu.
Rumah sederhana yang mereka tinggali berdinding papan kayu yang sudah lapuk. Atapnya banyak yang bocor, sehingga setiap kali hujan turun, air masuk ke dalam rumah dan membasahi tempat tidur serta dapur.
“Kalau hujan deras, mereka harus pindah-pindah tidur karena kamar dan dapur bocor semua,” ujar seorang tetangga.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Yani bekerja serabutan dengan penghasilan sekitar Rp60 ribu per hari. Uang itu langsung habis untuk kebutuhan makan. Sementara suaminya yang bekerja sebagai sopir sudah hampir dua minggu tidak pulang karena sepi penumpang.
“Kadang saya bingung, gali lubang tutup lubang saja. Hari ini dapat uang, besok sudah habis untuk makan. Kalau tidak kerja, anak-anak tidak makan,” ungkap Yani dengan suara lirih.
Kesulitan ekonomi ini membuat anak-anak Yani ikut menanggung beban. Mereka sering dibuli di sekolah karena hanya memakai sepatu robek.
“Anak saya sering cerita, diejek teman-temannya karena sepatunya rusak. Hati saya hancur mendengarnya, tapi saya tidak mampu membelikan yang baru,” kata Yani sambil menahan tangis.
Ironisnya, bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang diterima anaknya juga tidak penuh. Dari Rp750 ribu, Rp150 ribu dipotong untuk iuran komputer sekolah, dan Rp50 ribu lagi diberikan ke teman-teman anaknya sesuai arahan guru melalui WhatsApp.
“Yang sampai ke tangan kami hanya Rp550 ribu. Padahal uang itu sangat kami harapkan untuk keperluan sekolah anak,” keluh Yani.
Yani juga menuturkan, terakhir kali dirinya mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah pada tahun 2024. Setelah itu, tidak ada lagi bantuan pemerintah yang diterima.
“Sejak BLT terakhir 2024 itu, sampai sekarang belum ada bantuan lagi. Saya hanya bisa berharap ada jalan keluar untuk keluarga kami,” ucapnya.
Salah seorang tetangga membenarkan kondisi keluarga Yani. Mereka sering membantu sebisanya, meski dalam bentuk sederhana.
“Kalau masak sambal, biasanya saya bagi untuk Bu Yani dan anak-anaknya. Mereka memang sangat kekurangan. Kalau hujan, rumahnya bocor semua. Kasihan sekali,” tutur dinda tetangganya.
Tim media juga mengonfirmasi kondisi ini ke kantor Wali Nagari Gasan Gadang. Baik Wali Nagari maupun Wali Korong Kampung Piliang membenarkan kehidupan keluarga Yani.
“Kami membenarkan, keluarga Bu Yani memang butuh perhatian khusus. Rumahnya sudah tidak layak huni,” jelas pihak nagari.
Dengan mata berkaca-kaca, Yani mengungkapkan harapannya.
“Saya hanya ingin anak-anak saya hidup lebih baik, tidak lagi dibuli di sekolah, dan punya rumah yang layak untuk berteduh. Itu saja impian saya,” katanya penuh haru.
Warga sekitar pun berharap pemerintah daerah segera turun tangan memperbaiki rumah Yani serta memberi perhatian khusus agar anak-anaknya bisa sekolah dengan layak tanpa dihantui perundungan.